Archive for Desember 2016



Siklus biologi adalah suatu siklus di alam yang di akhir  prosesnya menghasilkan sisa.
Contoh: rantai makanan di alam: rusa makan rumput, kemudian rusa dimangsa singa. Singa tidak memangsa semua bagian tubuh rusa, melainkan hanya dagingnya. Bagian tubuh yang tidak juga dapat diuraikan oleh mikroorganisme seperti tulang, akan menjadi sisa.

Siklus teknologi ialah suatu siklus dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diakhir prosesnya menghasilkan limbah. 
Contoh: dalam produksi Handphone (HP), setelah habis masa pakai (life time) HP tersebut, dapat dilakukan daur ulang pada beberapa material, seperti casing yang dapat dilebur kembali (menjadi kualitas yang berbeda, biasanya lebih rendah) dan komponen mesin yang masih bisa dipakai. Tetapi, ada beberapa bagian yang tidak dapat digunakan kembali, seperti baterai, yang akhirnya menjadi limbah.


Sumber Limbah Cair PLTU
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga termal, limbah yang dihasilkan berasal dari proses utama, kegiatan pendukung, dan kegiatan yang menghasilkan air limbah yang mengandung minyak.
Proses utama adalah proses yang menghasilkan air limbah yang bersurnber dari proses pencucian (dengan atau tanpa bahan kimia) dari semua peralatan logam, blowdown cooling tower, blowdown boiler, laboratorium, dan regenerasi resin water treatment plant. Kegiatan pendukung meliputi kegiatan fasilitas air pendingin, kegiatan fasilitas desalinasi, kegiatan fasilitas stockpile batu bara, dan kegiatan air buangan dari fasilitas flue gas desulphurization (FGD) sistem seawater scrubber. Air limbah yang mengandung minyak (oily water) adalah air limbah yang berasal dari pencucian peralatan-peralatan, tumpahan dari kegiatan operasional yang dibung ke media  lingkungan melalui kolam separator atau oil separator atau oil catcher atau oil trap.
Parameter Limbah Cair PLTU
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga thermal, parameter limbah cair PLTU, yaitu PH, TSS, minyak dan lemak, klorin bebas (Cl2), kromium total, tembaga (Cu), besi (Fe), seng (Zn), phospat (PO4-), alkalinitas, SO42-, dan temperatur.
1. PH
Konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun air limbah. Adapun kadar yang baik adalah kadar dimana masih memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga mengganggu proses penjernihannya (Sugiharto, 1987).
Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5-7,5. Air akan bersifat asam atau basa bergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap pH dan menyukai pH antara 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah (Sumantri, 2010).
 2. TSS
Total suspended solid (TSS) adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran  berukuran 0,45 mikron. Suspended solid  dapat dibagi menjadi zat padat dan koloid. Kandungan TSS memiliki hubungan erat dengan keceraghan perairan. Keberadaan padatan tersuspensi tersebut akan menghalagi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan menunjukan hubungan yang berbanding terbalik (Blom dalam Sumantri, 2010).
3. Minyak dan Lemak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatil, maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air akan terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Ini disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar matahari dalam air, sehingga fotosintesis pun terganggu (Sumantri, 2010).
4. Klorin Bebas (Cl2)
Pada PLTU, digunakan klorin untuk membunuh binatang dan tumbuhan laut agar tidak menyumbat saluran air pendingin. Air pendingin dari air laut diperlukan dalam jumlah besar, yaitu beberapa ton per detik. Air laut ini mengandung berbagai bakteri (mikroorganisme) yang dapat tumbuh sebagai tanaman dan menempel pada saluran sehingga mengurangi efektivitas dan efisiensi sistem pendinginan PLTU. Untuk mengurangi pengaruh mikroorganisme ini, ke dalam saluran air disuntikan gas klor (Cl2) untuk membunuh mikroorganisme ini. Penyuntikkan gas klor ini tidak dilakukan secara kontinu untuk mencegah kekebalan mikroorganisme (Marsudi, 2011).
5. Besi (Fe)
Besi yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut mengakibatkan penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat lagi dipergunakan untuk air rumah tangga, cucian, dan air industri. Dalam buangan limbah industri, kandungan besi berasal dari korosi pipa-pipa air. Mineral logam sebagai hasil reaksi elektro kimia yang terjadi pada perubahan air yang mengandung padatan terlarut mempunyai sifat mengantarkan listrik, dan ini mempercepat terjadinya korosi (Ginting, 2007).
6. Phospat (PO4-)
Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya alga dan organisme lainnya yang dikenal dengan sebutan eutrofikasi. Kesuburan tanaman air akan menghalangi kelancaran arus air pada badan air dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut. Phospat banyak berasal dari bahan pembersih yang mengandung senyawa phospat. Dalam industri penggunaan phospat terdapat pada ketel uap untuk mencegah kesadahan (Ginting, 2007)

7. Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan dari senyawa karbonat, garam-garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang mempunyai kesadahan rendah karena zat-zat tersebut dalam konsentrasi tinggi menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam ketel maupun pipa-pipa pendingin. Kandungan magnesium, natrium, dan kalium harus diturunkan serendah-rendahnya agar kesadahan menjadi minim. Oleh sebab itu, untuk menurunkan kesadahan air dilakukan pelunakan air.  Pengukuran alkalinitas air adalah pengukuran kandungan ion Ca, CO3, ion Mg bikarbonat, dan lain-lain (Ginting, 2007)
8. Sulfat (SO42-)
Sulfur mempunyai bentuk bermacam-macam dalam air buangan. Jenis-jenis sulfur yang terdapat pada air buangan seperti asam sulfida, sulfit, sulfat, thiosulfat, sulfur dioksida, dan merkaptan membuat limbah mengeluarkan bau sengit dan tidak mengenakkan. Dalam konsentrasi rendah sampai dengan ambang batas yang ditetapkan limbah sulfur dipandang tidak membahayakan namun tetap mengeluarkan bau (Ginting, 2007).
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang baku mutu air limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga thermal, kandungan sulfur berasal dari flue gas desulphurization (FGD) sistem sea water wet scrubber dan stockpile batu bara. Flue gas desulphurization (FGD) sea water wet scrubber adalah sistem penyerapan sulfur dari emisi gas buang dengan menggunakan air laut. Stockpile batu bara adalah timbunan batu bara yang menghasilkan air limbah berupa air limpasan.
9. Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah (Ginting, 2007).



Bagian terpenting dari KA ANDAL yaitu metode studi AMDAL. Dalam metode studi Amdal, dijabarkan dan dijelaskan secara rinci dan sistematis bagaimana metode pengumpulan dan analisis data, metode prakiraan dampak penting, dan metode evaluasi. Metode yang dipergunakan harus sesuai Standar Nasional Indonesia, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku atau metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai literatur.
Pemilihan metode sangat menentukan dalam studi Amdal. Tim Amdal harus memilih metode Amdal mana yang harus dipergunakan, untuk mendapatkan suatu kesimpulan akhir tentang kelayakan lingkungan. Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk memilih metode, seperti :
(a).Memahami kelebihan dan kelemahan dari setiap metode baik dalam fungsinya maupun cara kerjanya.
(b).Penguasaan tipe dari aktivitas proyek yang akan di Amdal.
(c).Penguasaan ciri, sifat umum dan khusus dari rona lingkungan.
(d).Pemahaman dampak penting yang akan terjadi melalui skoping.
(e).Makin besar dan makin kompleks harus memerlukan metode yang lebih kompleks pula.
(f).Batasan-batasan yang tersedia dalam waktu, keahlian, biaya, peralatan dan data yang diperlukan serta teknik-teknik analisis yang diperlukan.
(g).Mempelajari metode yang digunakan tim lain dan pustaka-pustaka mengenai
proyek yang sama atau sejenis.
Metode amdal yang baik harus :
a.Memenuhi syarat pendekatan secara ilmiah
b.Meyakinkan pemakai bahwa tidak ada komponen lingkungan penting yang terlewatkan
c.Dapat digunakan untuk menetapkan data dan informasi  apa yang diperlukan dalam pendugaan dampak
d.Dapat digunakan untuk mengevaluasi seluruh dampak yang akan terjadi
e.Dapat menunjukkan usaha-usaha apa yang diperlukan untuk dapat menekan dampak negatif
f.Metode yang baik memudahkan siapa saja untuk dengan cepat mengatahui dampak apa yang akan terjadi dan usaha apa yang harus dilakukan
Dalam melaksanakan studi analisis mengenai dampak Lingkungan (AMDAL), kita memerlukan 3 tahapan yang sangat penting yaitu : Identifikasi, Prakiraan dan Evaluasi Dampak. Ketiga tahapan tersebut diperlukan ketelitian dan kerjasama tim penyusun dokumen ANDAL agar didapat suatu kesimpulan yang akurat mengenai segi kelayakan lingkungan dari suatu usulan kegiatan/proyek. Ketiga metode di atas merupakan keterpaduan analisis yang saling mendukung. Untuk hal tersebut, dalam memilih metode untuk studi AMDAL perlu dipertimbangkan berbagai metode yang ada tentang kelebihan dan kelemahannya, kegiatan proyek yang akan diAmdal, serta sifat dari rona lingkungan awal dimana proyek tersebut akan didirikan.
Identifikasi dampak merupakan langkah awal dalam menentukan komponen lingkungan apa saja yang terkena dampak serta menentukan komponen kegiatan apa saja dari suatu usulan kegiatan/proyek yang menimbutkan dampak. Sedangkan prakiraan dampak kita sudah menentukan besarnya dampak yang akan terjadi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam prakiraan dampak ini, bila besarnya melebihi atau di bawah baku mutu yang telah ditentukan dianggap dampak penting.  Sedangkan evaluasi dampak, kita telah melakukan analisis secara terpadu keseluruhan komponen lingkungan yang mengalami perubahan mendasar (dampak penting). Dari hasil evaluasi dampak tersebut dapat diketahui kelayakan lingkungan suatu proyek, pengaruh proyek terhadap masyarakat yang terkena dampak (kerugian dan manfaat), serta menjadi dasar untuk menetapkan dampak-dampak negatif yang perlu dilakukan pengelolaan dan dampak-dampak positif yang perlu dikembangkan/ditingkatkan.
Welcome to My Blog

Mengenai Saya

Quote

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © CORETAN KAMPUSer -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -