Posted by : darin silfi
Rabu, 07 Desember 2016
Metode Fisher dan Davies (1973) : terdiri atas 3 matriks yang
disusun secara bertahap, yaitu :
1. Tahap pertama :
matriks mengenai evaluasi lingkungan sebelum proyek dibangun (Environmental
Baseline)
2. Tahap kedua : matriks dampak
lingkungan (Environmental Compatibility Matriks)
3. Tahap ketiga : matriks keputusan
(Decision Matriks)
Fisher and Davies mengembangkan
metoda ini untuk mengidentifikasi memprediksi dan mengevaluasi dampak suatu
pembangunan pada suatu wilayah yang kondisinya berubah sangat cepat. Oleh sebab
itu metoda ini sangat cocok untuk dipergunakan dalam mengadakan AMDAL pada
suatu wilayah yang telah banyak terdapat kegiatan pembangunan.
Seperti halnya metoda matrik yang
lain dalam memperkirakan dampak, metoda Fisher-Davies juga melakukan interaksi
antara kegiatan pembangunan dan parameter komponen lingkungan. Baik komponen
kegiatan yang diduga menimbulkan dampak maupun parameter yang diduga terkena
dampak diperoleh dari pelingkupan (scoping).
Metode Fisher & Davies dapat dipergunakan untuk
melaksanakan prediksi, interpretasi dan evaluasi dampak suatu pembangunan pada
suatu wilayah yang kondisinya berubah sangat cepat (Fandeli, 2013). Metode ini
cocok diterapkan dalam Amdal pada suatu wilayah yang telah banyak terdapat
pembangunan. Langkah awal dalam penyusunan Matriks Fisher and Davies adalah
membuat Matriks Evaluasi Dasar Rona Lingkungan (environmental baseline
evaluation), dengan memasukkan nilai hasil evaluasi dari masing-masing komponen
lingkungan terhadap kepentingannya terhadap fungsi ekosistem, kondisi rona dan
kepekaan terhadap pengelolaan lingkungan.
Kriteria penentuan skala penilaian adalah sebagai
berikut:
1. Kepentingan terhadap fungsi ekosistem ditentukan
mengacu pada jumlah dampak penting hasil prakiraan pada Bab III untuk
masing-masing komponen dampak, yaitu:
a. Jika 90-100% hasil prakiraan dari jenis dampak
lingkungan yang sama pada tahap prakonstruksi, konstruksi dan operasi adalah
dampak penting, maka skala 1
b. Jika 70-89% hasil prakiraan dari jenis dampak
lingkungan yang sama pada tahap prakonstruksi, konstruksi dan operasi adalah
dampak penting, maka skala 2
c. Jika 45-69% hasil prakiraan dari jenis dampak
lingkungan yang sama pada tahap prakonstruksi, konstruksi dan operasi adalah
dampak penting, maka skala 3
d. Jika 20-44% hasil prakiraan dari jenis dampak
lingkungan yang sama pada tahap prakonstruksi, konstruksi dan operasi adalah
dampak penting, maka skala 4
e. Jika 0-19% hasil prakiraan dari jenis dampak
lingkungan yang sama pada tahap prakonstruksi, konstruksi dan operasi adalah
dampak penting, maka skala 5
f. Jika penentuan di atas tidak sesuai dengan kondisi
lingkungan sekitar dan literatur yang ada, maka penentuan kepentingan
berdasarkan professional judgement.
Skala kepekaan terhadap pengelolaan lingkungan
ditentukan dengan mempertimbangkan skala kepentingan terhadap ekosistem dan
skala kondisi rona lingkungan hidup awal. Ditentukan dengan mengalikan nilai
skala Kepentingan terhadap fungsi ekosistem dengan nilai skala kondisi rona
lingkungan awal (PSLH UGM, 2015).
a. Jika hasil perkalian adalah 1, maka skala 1
b. Jika hasil perkalian adalah >1 dan ≤4, maka
skala 2
c. Jika hasil perkalian adalah >4 dan ≤9, maka
skala 3
d. Jika hasil perkalian adalah >9 dan ≤16, maka
skala 4
e. Jika hasil perkalian adalah >16 dan ≤25, maka
skala 5
Langkah selanjutnya adalah membuat Matriks Dampak
Lingkungan. Pengisian matrik dampak lingkungan ini dilakukan dengan menuliskan
hasil interaksi dari komponen kegiatan penyebab (sumber) dampak dan komponen
lingkungan terkena dampak, ditinjau dari:
a) Ada tidaknya dampak (0= tidak ada dampak),
b) Positif dan negatifnya dampak (+ dan -),
c) Skala besaran dampak (skala 1-5),
d) Sifat atau waktu berlangsungnya dampak
(S=sementara, atau P= permanen).
Langkah terakhir adalah membuat matriks keputusan
dengan cara:
a) Menentukan kondisi (skala kualitas) lingkungan
tanpa proyek sekarang dan yang akan datang.
b) Menentukan kondisi (skala kualitas) lingkungan
dengan adanya proyek.
c) Menentukan dampak holistik yang merupakan selisih
dari kondisi lingkungan yang akan datang dengan ataupun tanpa proyek.
Dari hasil perhitungan selisih antara kualitas
lingkungan yang akan datang tanpa proyek dan dengan proyek disimpulkan untuk
memutuskan hasil evaluasi dampak dengan skala sebagai berikut:
Penentuan dikelola atau tidaknya suatu dampak ialah
sebagai berikut:
a) Jika selisih masing-masing komponen dampak lebih
kecil dari hasil rata-rata selisih skala
lingkungan maka dampak dikelola,
b) Jika point a) tidak terpenuhi, jika skala kepekaan
terhadap pengelolaan lingkungan masing-
masing komponen dampak lebih kecil samadengan 3 maka
dampak dikelola,
c) Jika point b) tidak terpenuhi, jika terdapat hasil
prakirakan berupa dampak besar dan permanen di salah satu dampak pada
masing-masing komponen dampak, maka
dampak dikelola,
d) Jika point c) tidak terpenuhi, namun berdasarkan
profesional judgement perlu dikelola maka dampak dikelola
e) Jika point d) tidak terpenuhi, maka dampak tidak
dikelola.
Hasil evaluasi
dengan menggunakan Metode Fisher & Davies disajikan dalam Tabel 4.3, Tabel 4.4,
dan Tabel 4.5 berikut ini.
matriks mengenai evaluasi lingkungan sebelum proyek dibangun (Environmental
Baseline)
matriks dampak lingkungan
(Environmental Compatibility Matriks)
matriks
keputusan (Decision Matriks)
Related Posts :
- Back to Home »
- AMDAL , coretankampuser , fisher anddavis , ilmukampus , Matriks , tekniklingkungan »
- Metode Studi AMDAL: Matriks Fisher and Davis